Dasar Navigasi Astronomi Dalam Pelayaran - ndelet.com
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dasar Navigasi Astronomi Dalam Pelayaran


GAWARI-Navigasi astronomi adalah system penentuan posisi kapal melalui observasi matahari, bulan, bintang dan syarata/planet dengan menggunakan peralatan sextant, chronometer, kompas dan menghitung dengan menggunakan tabel-tabel serta alamanak nautika.



Ada 3 (tiga) tata koordinat dalam navigasi astronomi, yaitu : 

  • Tata koordinat horizon dengan argumentasi azimuth dan tinggi benda angkasa; 
  • Tata koordinat katulistiwa dengan arguentasi sudut jm barat (LHA = Local hour angle) dan zawal benda angkasa; 
  • Tata koordinat ekliptika dengan argumentasi lintang astronomis dan bujur astronomis benda angkasa.

Ilmu Pelayaran Astronomi


Dalam mempelajari navigasi astronomi, perlu memahami beberapa istilah yang baku yang dipakai yaitu : bulatan angkasa; katulistiwa angkasa; meridian angkasa; lingkaran deklinasi; deklinasi (zawal); azimuth; rambat lurus; titik aries; lingkaran vertical pertama; lintang astronomis, bujur astronomis; GHA. LHA, SHA.

Apa itu semua?
Berikut definisinya.

  1. Bulatan angkasa adalah sebuah bulatan dimana planet bumi sebagai pusat, dengan radius tertentu dan semua benda-benda angkasa diproyeksikan padanya.
  2. Katulistiwa angkasa adalah sebuah lingkara besar di angkasa yang tegak lurus terhadap poros kutub utara dan kutub selatan angkasa.
  3. Meridian angkasa adalah lingkaran tegak yang melalui titik Utara dan titik Selatan .
  4. Lingkaran deklinasi adalah sebuah busur yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan angkasa melalui bwenda angkasa tersebut.
  5. Deklinasi (zawal) benda angkasa adalah sebagian busur linkara deklinasi, dihitung dari katulistiwa angkasa ke arah Ytara atau Selatan hingga benda angkasa tersebut
  6. Azimuth benda angkasa adalah sebagian busur cakrawala, dihitung dari titik Utara atau Selatan sesuai lintang penilik, ke arah Barat etau Timur sampai ke lingkaran tegak yang melalui benda angkasa, diukur dari 0 derajat sampai 180 derajat.
  7. Rambat lurus adalah sebagian busur katulistiwa angkasa, dihitung dari titik Aries ke arah berlawanan dengan gerakan harian maya, sampai ke titik kaki benda angkasa.
  8. Titik Aries adalah sebuah titik tetap di katulistiwa angkasa , dimana matahari berrada barada pada tanggal 21 Maret,
  9. Lingkaran vertikal pertama adalah lingkaran yang menghubungkan Zenith dan Nadir melalui titik Timur dan titik Barat.
  10. Lintang Astronomis adalah sebagian busur lingkaran lintang astronomis benda angkasa, dihitung dari ekliuptika hingga sampai ke benda angkasa.
  11. Bujur Astronomis adalah sebagian busur lingkaran eklipyika, dihitung dari titik Aries dengan arah yangf sama terhadap peredaran tahunan matahari, sampai pada titik proyeksi benda angkasa di ekliptika.
  12. Greenwich Hour Angle (GHA) atau sudut jam barat Greenwich, adalah sebagian busur katulistiwa angkasa diukur dari meridian angkasa Greenwich ke arah barat sampai meridian angkasa yang melalui benda angkasa, dihitung dari 0 derajat sampai 360 derajat.
  13. Local Hour Angle (LHA) atau sudut jam barat setempat adalah sebagian busur katulistiwa angkasa diukur dari meridian angkasa penilik ke arah barat samapi meridian yang melalui benda angkasa dihitung dari 0 derajat sampai 360 derajat.
  14. Siderial Hour Angle (SHA) atau sudut jam barat benda angkasa, adlah sebagian busur katulistiwa angkasa diukur dari titik Aries ke arah barat, sampai meridian yang melalui benda angkasa dihitung dari 0 derajat sampai 360 derajat.



Lukisan bulatan angkasa di atas berlaku untuk penilik yang berada di lintang Utara (Kutub Utara angkasa berada di atas titik Utara).

Perhitungan Dalam Navigasi Astronomi


Dalam menghitung LHA matahari, bulan dan sayarat perlu memperhitungkan GHA matahari, bulan dan sayarat lalu ditambahkan/dikurangkan dengan bujur Timur/Barat. Untuk mencari LHA bintang, maka dihitung dari GHA aries ditambah SHA bintang lalu ditambahkan/dikurangkan dengan bujur Timur/Barat.

Sebuah segitiga paralaks atau segitiga bola angkasa memiliki sudut-sudut yang dinamakan dengan titik puncak pengamat atau Zenith (T), kutub diatas cakrawala atau kutub angkasa (P) dan benda angkasa (S) sebagai titik sudut dan sisi-sisinya PT (900 – l); PS (900 – z) dan sisi TS (900 – ts)
Rumus perhitungan titik tinggi menggunakan dasar posisi duga untuk mendapatkan tinggi hitung (th), yang dijabarkan selisihnya dengan tinggi sejati (ts) dari benda angkasa yang diukur tingginya dengan menggunakan sextant

LHA = GHA  ±   

Rumus dasar untuk mencari LHA matahari, bulan, sayarat dan Aries, perlu diulangi lagi yaitu sebagai berikut :

Untuk bintang-bintang

LHA*  = GHA γ  + SHA * ±  

Perhitungan sudut (P) benda angkasa merupakan salah satu argument yang digunakan di dalam rumus titik tinggi. Nilai yang diperoleh dari LHA benda angkasa dengan tanda Timur atau Barat.
Nilai yang dinamakan SHA (Siderial Hour Angle) sebetulnya adalah nilai sudut jam barat dari bintang terhadap titik Aries. Siderial Hour Angle dari bintang-bintang diartikan busur dari katulistiwa yang dihitung dari titik Aries sejalan dengan pergerakan harian maya sampai dengan lingkaran zawal dari bintang tersebut.

Dalam halaman belakang almanak nautika, terdapat daftar dari 173 bintang serta SHA dan zawalnya. Namun untuk memudahkan maka terdapat juga daftar bintang-bintang yang sering dipakai untuk navigasi karena terang dan letaknya yang dapat dibaca di halaman-halamn harian dengan SHA dan zawalnya (57 bintang).

Keseksamaan navigasi astronomi merupakan tuntutan terhadap kemampuan seorang perwira nautika, yang tergantung dari tingkat keseksamaan, penugasan praktek, kemungkinan kesalahan yang dibuat karena systematic error, random error dan blunder.

Kesaksamaan Navigasi Astronomi


Seorang navigator di kapal harus mampu membawa kapalnya ke tempat tujuan dengan tepat dan aman. Kecermatan perhitungan dan pengamatan ditunjang oleh kemampuan mengambil keputusan secara tapat waktu dan tepat sarana, merupakan tuntutan terhadap kemampuan seorang Perwira Nautika.
  • Dibandingkan dengan sistem navigasi yang lain tingkat kesaksamaan navigasi astronomi cukup baik khususnya jika kapal berada jauh dari daratan. Pada sistem navigasi satellite yang dimulai dari NNSS (Navy Navigation Satellite System) hingga GPS (Global Positioning System) posisi juga diperoleh secara akurat, sebagai salah satu alternatif dalam penentuan posisi kapal di laut.
  • Latihan Praktek
  • Menyadari sepenuhnya bahwa navigasi memerlukan banyak keterampilan praktak, maka pengalaman berlayar sebagai perwira kapal pelayaran samudera selama sedikitnya 5 tahun mutlak diperlukan. Pengalaman empiris menunjukkan seorang Perwira dengan ijazah Mualim Pelayaran Besar II dan pengalaman berlayar minimal 5 tahun di kapal palayaran samudera, akan cakap dan memenuhi syarat sebagai perwira navigasi baik dalam aspek pengoperasian, pemeliharaan maupun keselamatan pelayaran.

Itulah pembahasan tentang Dasar Navigasi Astronomi Dalam Pelayaran. Yah sesuatu yang harus dimiliki seorang navigator kapal memang.
Semoga bermanfaat ya.